Definisi Kesuliatan Belajar
Matematika
Menurut National Institute of Health
USA (Ridwan Idris, 2009), kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan
belajar pada anak yang di tandai oleh adanya kesenjangan yang di signifikan
antara taraf intelegensia dan kemampuan akademik yang seharusnya di capai.
Selain definisi tersebut, menurut
Sudrajat (2009) kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas di
antaranya:
a . Learning Disorder
Learning
Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Contoh: siswa yang sudah
terbiasa dengan olahraga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin
akan mengalami kesulitan dalam menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b. Learning Disfunction
Learning
Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya sisiwa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental dan gangguan psikologis lainnya.
Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dia sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah di latih bermain bola
volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c. Under Achiever
Under
Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki timgkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat
kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130-140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d. Slow
Learner
Slow Learner atau kambat
belajar adalah sisiwa yang lambat dalam prosses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memmiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilitas
Learnimg
Disabilitas atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau manghindari belajar, srhingga hasil
belajar di bawah potensi intelekualnya.
Pengertian
matematika menurut Johnson dan Mykleburt yang
dikutip Mulyono Abdurrahman (1999), matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah
untuk memudahkan berpikir. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian kesulitan
belajar matematika adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang di
tandai oleh ketidak mampuan anak untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan.
Dari
pernyataan di atas, dapat di simpulkan bahwa kesulitan belajar matematika
adalah suatu kesulitan yang berdampak serius pada kamampuan anak didik dalam
menerima pelajaran matematika. Kesulitan tersebut berasal dari luar (eksternal)
dan dari dalam (internal) anak didik.
B.
Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar Matematika
Fenomena kesulitan belajar seorang
siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi
belajar. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan perilaku (misbehavior) siswa
seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, dan
sering bolos dari jam pelajaran matematika. Adapun faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak antara lain:
1.
Faktor
Internal Siswa
Menurut Muhibbin Syah (2009), faktor
internal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa
sendiri. Menurut Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor internal siswa yang
menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat berupa fisiologis, kecerdasan,
motivasi, dan minat.
a.
Fisiologis
Faktor
fisiologis berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf atau pun
bagian-bagian tubuh yang lain. Guru harus menyadari bahwa hal yang paling
berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
menerima, memproses, menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang sudah
disimpan. Kondisi fisik yang berkaitan dengan kesehatan anak juga sangat
mempengaruhi proses belajar anak, pada saat anak sakit tentunya akan mengalami kelemahan
secara fisik sehingga proses menerima atau memahami pelajaran menjadi tidak
sempurna. Selain sakit faktor fisiologis lainnya yang dapat menyebabkan
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap
seperti buta, tuli, bisu dan lain sebagainya.
b.
Kecerdasan
(IQ)
Keberhasilan
individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat
kecerdasannya. Bila seseorang telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan, tetapi
kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang
telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti.
c.
Motivasi
Motivasi
juga sangat menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk
mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang
bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu, seperti peran orang
tua, teman dan guru.
d.
Minat
Minat
belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam
pengaruhnya pada kegiatan belajar, karena jika dalam diri individu tidak
mempunyai kemauan atau minat untuk belajar maka pelajaran yang diterimanya
hasilnya akan sia-sia.
2 .
Faktor
eksternal Siswa
Faktor eksternal
adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Menurut
Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor eksternal dapat berupa lingkungan keluarga,
masyarakat, guru, dan media pembelajaran.
a.
Lingkungan
Keluarga
Status ekonomi, status sosial,
kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar.
b.
Lingkungan
Masyarakat
Peran
masyarakat sangat mempengaruhi anak dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang
mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap
dalam diri anak, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan
masyarakat akan lebih mudah diserap oleh anak dari pada pengalaman belajarnya
di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku anak dalam
proses belajar
c.
Guru
Peran guru
juga sangat berpengaruh dalam proses belajar anak. Cara guru mengajar sangat
menentukan keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan
dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan menyelami
alam pikiran setiap siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu
guru sebagai motivator, fasilitator, inovator dan konduktor masalah-masalah
individu siswa perlu menjadi acuan selama proses pembelajaran berlangsung.
d.
Media
Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku
pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis juga mempengaruhi keberhasilan anak
dalam belajar. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh media
pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran tersebut akan menunjang proses
pemahaman anak. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, meskipun kemampuan
setiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. Pada saat anak mengalami
kesulitan belajar dan mendapatkan nilai yang rendah sebaiknya orang tua atau
guru tidak mengatakan bahwa anak tersebut bodoh atau gagal, akan tetapi mencari
tahu apa penyebab dari masalah anak tersebut dan memberikan bantuan untuk
mengatasi kesulitannya.
C. Gejala-Gejala Kesulitan Belajar
Menurut Sudrajat (2009) kesulitan belajar dapat di
manifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif
maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan
belajar, antara lain:
1.
Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang di capai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang di milikinya.
2.
Hasil yang
di capai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3.
Lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang di sediakan.
4.
Menunjukkan
sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,
dusta dan sebagainya.
5.
Menunjukkan
perillaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencata pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebabainya.
6.
Menunjukkan
gejala emosionalyang kurang wajar, seperti: pemurun g, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya
dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal,
dan sebagainya.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan
menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan keiteria
sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas
bagi siswa yang dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
D.
Upaya Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika
Untuk mencegah atau mengatasi kesulitan belajar
matematika pada anak di perlukan peran orang tua dan guru agar memberikan
perhatian yang cukup kepada anak, sehingga kekurangan atau kelemahan-kelemahan
mereka dapat di ketahui dan di atasi. Menurut Muhibbin Syah (2000) ada dua
langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
matematika pada siswa. Kedua langkah pemecahan permasalahan kesulitan belajar
matematika tersebut dapat di lakukan dengan dua pendekatan antara lain:
1.
Pendekatan
yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat dilakukan dengan
teknik individualisasi yang dibantu tim. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya (peer
tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa
kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat
menangkap, dan ada juga yang lama.
2.
Pendekatan
yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan memberikan kalkulator untuk menghitung.
Pendekatan ini dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan matematika yang
disebabkan oleh gangguan fisiologis yaitu dyscalculia. Hal ini sederhana karena
anak dengan problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara
angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar